8 Pelajaran Keuangan dari Morgan Housel
Buku ini terdiri dari 20 chapter dan tiap chapter-nya bercerita tentang satu topik. Tapi, di sini, kita hanya akan membagikan 8 topik/pelajaran secara umum karena ada beberapa poin yang bisa digabung.
Read more
1. Ketahuilah setiap orang berbeda
People are from different generations, raised by different parents who earned different incomes and held different values, in different parts of the world, born into different economies, experiencing different job markets with different incentives and different degrees of luck, learn very different lessons.
Orang-orang berasal dari generasi yang berbeda, dibesarkan oleh orang tua berbeda yang memperoleh pendapatan berbeda dan memiliki nilai berbeda, di berbagai belahan dunia, lahir di ekonomi berbeda, mengalami pasar kerja berbeda dengan insentif berbeda dan tingkat keberuntungan berbeda, belajar pelajaran yang sangat berbeda.
Intinya, ada begitu banyak variabel yang menentukan tingkat sukses seseorang mengatur keuangannya!
Setiap orang punya back ground yang berbeda, yang membentuk cara mereka memandang dan “memperlakukan” uang. Masing-masing juga punya tujuan keuangan yang berbeda.
Orang-orang bisa aja enggak setuju sama metode keuangan kita, and that’s okay!
There’s no single right answer; just the answer that works for you.
2. Tetap rendah hati ketika hal-hal berjalan dengan baik dan enggak terlalu pusing atau menyalahkan diri sendiri ketika hal-hal berjalan buruk
Kita enggak tahu apakah seseorang itu lagi beruntung aja. Dan, apakah kegagalan kita “hanya” bagian dari risiko dari keputusan/keadaan kita.
Jadi, jangan terlalu memandang role model kita atau orang lain terlalu tinggi. Bahkan, menuruti tips mereka tanpa mikir keadaan kita. Bisa aja mereka adalah bagian dari “keberuntungan.”
Dalam buku ini, si penulis nyontohin Bill Gates. Kalau dilihat dari sejarahnya, salah satu orang terkaya di dunia ini punya keberuntungan.
Dia kebetulan murid di salah satu sekolah di Amerika yang bisa beli komputer. Ada lho temannya yang sama-sama pintar, tapi kebetulan meninggal gara-gara kecelakaan mountaineering. Padahal, perbandingan seorang remaja meninggal karena mendaki gunung itu kayak 1:1 milyar.
3. Merasa cukup dan kurangi ego
Menjadi kaya dan tetap kaya adalah dua istilah yang berbeda. Nah, cara buat tetap kaya adalah mengkombinasikan:
Frugality (sederhana dan hemat). Merasa cukup dan enggak perlu beli-beli yang enggak kita butuh.
Paranoia. Rasa takut kalau uang kita bisa aja hanya bagian dari kebetulan, jadi disimpan-simpan ajalah daripada buat hura-hura. Bisa aja sesuatu terjadi di masa depan (kayak korona yang datangnya tiba-tiba ini).
We can’t assume that yesterday’s success translates into tomorrow’s good fortune — Michael Moritz
4. Simpan Duit Anda
Bisa aja sih kita mengandalkan keuntungan dari investasi buat jadi kaya. Tapi, kita kan enggak tahu pastinya kapan dan berapa profit yang bakal kita dapat.
Jadi, seperti kata Filosofi Teras, fokus dengan hal-hal yang bisa anda kontrol.
Jangan pikirkan keuangan orang lain. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain enggak ada habisnya! So, care less!
Savings can be created by spending less. You can spend less if you desire less. And you will desire less if you care less about what others think of you.
Tetap nabung aja meski kamu enggak punya goal.Menabung tanpa punya goal bisa memberimu lebih banyak fleksibilitas buat apa nantinya. Kamu juga bisa mikir-mikir dulu atau ganti-ganti goals-nya nanti.
5. Sabar!
Ketika investasi anda baru naik dikit, jangan buru-buru dijual kalau emang enggak butuh-butuh banget. Tunggu sampai bunganya berbunga-bunga.
There are books on economic cycles, trading strategies, and sector bets. But the most powerful and important book should be called Shut Up and Wait.
Ketahui juga sering kali kesuksesan didapat dari perjalanan yang panjang.
Contohnya, Apple dan Google bisa bikin produk keren karena hasil dari banyak eksperimen dan proses panjang. Lihat juga the people behind the experiments. Mereka juga bisa menghasilkan produk keren dari rangkaian pengalaman kerja mereka.
6. Jangan sampai manajemen keuangan anda bikin anda enggak bisa tidur!
You’re not a spreadsheet. You’re a person. A screwed-up, emotional person.
Kita bisa aja menargetkan profit yang tinggi. Tapi, perlu diingat bahwa profit tinggi dalam investasi, seringkali risikonya tinggi juga.
Misalnya, dari pada terus deg-degan mulu lihat naik turunnya grafik portfolio saham anda, pilih yang aman-aman aja kayak reksadana. Bahkan, kekayaan bersih si penulis lebih banyak cash di bank, lho!
Jadi, ketika kita investasi, lebih baik enggak melihat angka atau sejarahnya aja, tapi ke perasaan kita juga.
Investors have feelings. So, it’s hard to predict what they’ll do next based solely on what they did in the past.
Tips lain dari penulis adalah investasi di perusahaan/tempat yang kamu suka.
…if you’re passionate about the company to begin with — the mission, product, team, etc — even if you’re losing money, you at least feel like you’re part of something meaningful.
7. Perhatikan “biaya tersembunyi”
Every thing has a price, but not all prices appear on labels.
Aku pernah dengar yang namanya “uang belajar” — fee yang kita bayar kalau kita gagal.
Di buku The Psychology of Moneyini, penulis mengatakan kalau “biaya tersembunyi” ini enggak hanya tentang uang. Tapi juga penyelasan, ketidak pastian, keraguan, atau kegembiraan kalau kondisinya lagi bener.
8. It’s OK kalau emang ada yang enggak sesuai rencana
Hidup ini memang banyak kejutan. Susah juga memilih opsi yang benar terus, kan? Jadi:
Aim low aja waktu mengatur keunganmu.
Bikin long-term planning enggak apa, tapi it’s okay juga kalau nanti berubah pikiran.
Ambil jalan tengah, enggak yang pilih penghasilan rendah dan hepi-hepi mulu ataupun kerja keras bagai kuda buat membeli kemewahan tapi hati enggak hepi.
Aiming, at every point in your working life, to have moderate annual savings, moderate free time, no more than a moderate commute, and at least moderate time with your family, increases the odds of being able to stick with a plan and avoid regret than if any one of those things fall to the extreme sides of the spectrum.
Meskipun enggak ngasih tahu strategi keuangan secara eksplisit, buku The Psychology of Money oleh Morgan Housel ini memberikan banyak tips-tips yang fundamental buat perencanaan keuangan pribadi.
You should read the book!
Kalau mager baca bahasa Inggrisnya, kamu bisa cek di sini buat beli versi terjemahannya!
Dari seseorang yang lagi belajar personal finance,
Prokopton !