Apa yang membuat ANDA STRES..?
Tugas-tugas yang beratkah?
Read more
Anak balita yang sakit ketika pembantu rumah tangga sedang cuti hari rayakah?
Masalah besar dan rumit yang tak terpecahkankah?
Krisis hubungan dengan pasangan hidupkah?
Banjir yang mengepung tempat pemukiman kah?
Ketidak mampuan menyediakan biaya guna pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggikah?
Kabar tentang kemungkinan bangkrut, isu downsizing, righsizing, alias pengurangan tenaga kerja di perusahaan tempat bekerjakah?
Rumah dan kendaraan yang disita karena tak bisa mencicil kredit lagikah?
Konflik dengan atasan dan rekan sekerjakah?
Listrik mati, air mati, nilai rupiah anjlok dan inflasi menggilakah?
D L L kah..?
Semua hal yang disebutkan di atas tentu bisa membuat anda stres. Namun, bila semua itu tidak menimpa anda, apakah anda tidak bisa stres?
Apakah stres selalu disebabkan oleh kejadian luar biasa yang dramatis dan traumatis?
Stephen R. Covey, penulis buku terlaris The 7 Habits of Highly Effective People (1989). Pada saat memberikan kuliah tentang manajemen stres, seorang Guru Manajemen mengangkat segelas air dan bertanya kepada audiensnya:
"Menurut Anda, seberapa berat segelas air yang saya angkat inir Jawaban yang muncul bervariasi, mulai dari 200 gram hingga 500 gram.
"lni bukan masalah berat absolutnya, tetapi tergantung pada berapa lama Anda memegangnya," kata sang Guru.
"Jika saya memegangnya selama satu menit, tidak ada masalah. Jlka saya memegangnya selama satu jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama satu hari penuh, mungkin Anda harus memanggil ambulans untuk saya.
Beratnya sebenarnya sama. Namun, karena semakln lama saya memegangnya, bebannya akan semakin berat."
''Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya agi. Beban itu akan meningkat beratnya," lanjut sang Guru.
"Yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, beristirahat sejenak sebelum mengangkarnya lagi. Dengan lain perkataan, kita harus meninggalkan beban kita secara periodik agar kita lebih segar dan mampu mengangkatnya lagi."
Pesan cerita sederhana itu. la memberikan peringatan kepada kita untuk tidak "melekat" dengan sejumlah persoalan hidup, entah "besar" atau "kecil''.
la seolah-olah menegaskan bahwa segala perkara dapat kita hadapi, asal kita dapat tetap menjaga jarak terhadap setiap persoalan dunia ini. Dan sebagai pertanda bahwa kita bisa menjaga jarak dengan persoalan apa pun, kita harus belajar untuk bisa *meletakkan* persoalan ketika kita beristirahat.
Kita perlu belajar untuk punya waktu rekreasi bersama keluarga, tanpa khawatir dengan tenggat waktu pekerjaan tertentu.
Kita perlu belajar untuk berlibur tanpa gangguan dering telepon genggam atau surat-surat elektronik.
Kita perlu belajar untuk melepas lelah dan bersantai sejenak bahkan tanpa memegang buku, majalah, atau HP.
Kita perlu belajar untuk tidak membawa persoalan kantor ke rumah, atau sebaliknya.
Kita perlu belajar untuk tidak memikirkan soal tagihan-tagihan yang belum dibayar, ketika sudah berbaring di ranjang.
Kita perlu belajar untuk percaya bahwa tidak semua hal harus diselesaikan sesegera mungkin.
Kita perlu belajar berhenti dan berdiam diri.
Pada intinya, cerita sederhana tadi mengajar saya untuk belajar meninggalkan beban entah besar atau kecil secara periodik, secara berkala.
Kita perlu RE-KREASI, mencipta ulang keadaan hati dan pikiran, memandang hidup dengan mata batin yang diperbarui, yang dibersihkan.
Kita perlu saat teduh, meditasi, khusyuk berdoa, atau liburan secara reguler.
ltulah mekanisme agar "baterai" kehldupan terisi kembali. Dan dengan "baterai" yang terisi, kita boleh yakin bisa menghadapi segala persoalan yang menghadang.
Prokopton