Dasi, menurut Asosiasi Aksesori Leher Amerika, punya sejarah yang panjang.
Sejak zaman batu pun aksesori di leher dan dada sudah ada, khususnya untuk memberi ciri pada kelompok pria dari strata tinggi.Read more
Sampai saat inipun kelompok ber”dasi” ini selalu menunjukkan status mereka, bisa status sebagai kelompok dengan dasi khususnya seperti kelompok Pramuka, atau anak sekolah atau bisa juga sebagai pembeda antara kelompok karyawan biasa dan manajemen.
Dasi juga bisa dalam berbagai model, dasi yang menghias lurus kebawah seperti pada umumnya atau dasi kupu-kupu atau juga dalam bentuk kerah kaku “ruff” seperti banyak dipakai jaman nya Shakespeare… ya aksesori pria ini sudah muncul dalam berbagai bentuk.
Saat ini fungsi dasi yang sebagai ciri kelompok kasta tinggi sudah mulai bergeser, Mark Zuckerberg contohnya, bos Facebook ini selalu pakai kaos yang tanpa dasi, lucu sih kalau pakai kaos dengan dasi.
Beberapa petinggi perusahaan juga mulai muncul tanpa menggunakan Dasi walaupun dalam acara resmi.
Gaya berpakaian seperti menggunakan Batik juga terasa aneh bila disertai dasi.
Dasi juga bisa menjadi mode atau ciri khas dari suatu merek, jaman nya saya masih “harus” pakai dasi dan bertemu dengan sejawat dari negara lain, mereka biasanya bilang .. dasi anda dari M&S ya .. lho kok mereka tahu ya. Saya yang memakainya saja tidak bisa membedakan itu walau memang betul itu favorit saya saat itu.
Ternyata ada ciri corak motif tertentu yang mempresentasikan merek itu walau sampai sekarang saya tetap tidak bisa membedakan nya.
Walaupun saya sudah puluhan tahun tidak menggunakan dasi lagi kecuali satu atau dua peristiwa, tetapi cara memasang dasi masih teringat jelas dan ternyata masih ada manfaat nya.
Cucu saya biasanya kalau sekolah dan saat hari harus memakai dasi selalu pagi pagi cari saya untuk memasangkan dasi nya.
Menyenangkan, ternyata cara menggunakan dasi bisa membuat kita merasa dibutuhkan oleh cucu kita.
Sampai saat inipun kelompok ber”dasi” ini selalu menunjukkan status mereka, bisa status sebagai kelompok dengan dasi khususnya seperti kelompok Pramuka, atau anak sekolah atau bisa juga sebagai pembeda antara kelompok karyawan biasa dan manajemen.
Dasi juga bisa dalam berbagai model, dasi yang menghias lurus kebawah seperti pada umumnya atau dasi kupu-kupu atau juga dalam bentuk kerah kaku “ruff” seperti banyak dipakai jaman nya Shakespeare… ya aksesori pria ini sudah muncul dalam berbagai bentuk.
Saat ini fungsi dasi yang sebagai ciri kelompok kasta tinggi sudah mulai bergeser, Mark Zuckerberg contohnya, bos Facebook ini selalu pakai kaos yang tanpa dasi, lucu sih kalau pakai kaos dengan dasi.
Beberapa petinggi perusahaan juga mulai muncul tanpa menggunakan Dasi walaupun dalam acara resmi.
Gaya berpakaian seperti menggunakan Batik juga terasa aneh bila disertai dasi.
Dasi juga bisa menjadi mode atau ciri khas dari suatu merek, jaman nya saya masih “harus” pakai dasi dan bertemu dengan sejawat dari negara lain, mereka biasanya bilang .. dasi anda dari M&S ya .. lho kok mereka tahu ya. Saya yang memakainya saja tidak bisa membedakan itu walau memang betul itu favorit saya saat itu.
Ternyata ada ciri corak motif tertentu yang mempresentasikan merek itu walau sampai sekarang saya tetap tidak bisa membedakan nya.
Walaupun saya sudah puluhan tahun tidak menggunakan dasi lagi kecuali satu atau dua peristiwa, tetapi cara memasang dasi masih teringat jelas dan ternyata masih ada manfaat nya.
Cucu saya biasanya kalau sekolah dan saat hari harus memakai dasi selalu pagi pagi cari saya untuk memasangkan dasi nya.
Menyenangkan, ternyata cara menggunakan dasi bisa membuat kita merasa dibutuhkan oleh cucu kita.
Prokopton,