Saat Tsunami Jepang melanda pada tahun 2011, Yusao Takamutsu yang merupakan seorang supir bis kota sedang menjalani pekerjaannya.
Read moreIstrinya pun sedang bekerja di gedung kantornya.
Tiba-tiba, Tsunami besar melanda pantai Jepang.
Sirene-sirene berbunyi. Stasiun berita membanjiri gelombang udara.
Takamutsu segera menghubungi istrinya, namun tidak kunjung ada jawaban.
Selang setengah jam setelah alarm tsunami berbunyi, ia mendapatkan pesan teks singkat dari sang istri yang berbunyi, "Aku hanya ingin pulang ke rumah"
Beberapa hari setelah Tsunami, kondisi kota yang luluh lantak seakan memperjelas bahwa istrinya tidak berhasil selamat.
Yusao Takamutsu dilanda kesedihan mendalam. “Dia akan selalu berada di samping saya, secara fisik dan mental,” katanya.
*"Aku merindukannya, aku merindukan bagian terbesar dari diriku yaitu dia. "*
Bertahun-tahun setelah itu, dia merasakan suatu kewajiban untuk menghormati pesan teks terakhir yang dia terima dari sang istri.
Dia ingin membawanya pulang.
Dia pun mulai belajar scuba diving.
Dan mulai mencari tubuh sang istri.
Awalnya ia mengalami kesulitan karena secara alami ia tidak pandai menyelam, tetapi akhirnya menjadi penyelam bersertifikat dan berkembang lebih baik seiring berjalannya waktu.
Dan sejak 2011, Yusao Takamatsu selalu pergi menyelam di dekat kampung halamannya tiap minggu untuk melanjutkan pencarian atas jasad sang istri tercinta, demi memenuhi permintaan terakhirnya untuk membawanya pulang.
Kisah nya dibuat film dokumenter “I Want To Go Home” ditahun 2017 dan juga dibuat Novel dengan judul yang sama.
Prokopton,